Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, memberi respons adanya kerumunan massa di Jakarta dan kerusuhan yang terjadi di Bandung usai laga final leg kedua Piala Menpora 2021. Neta meminta agar Kapolri, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), dan Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk minta maaf atas kejadian tersebut. IPW menilai kedua aksi itu terjadi akibat kecerobohan Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI, setelah ketiganya nekat menggulirkan Piala Menpora di tengah pandemi Covid 19.
"Sebagai tanggungjawab moral, Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI harus segera mengganti semua kerusakan dan kerugian masyarakat yang disebabkan amuk suporter, terutama di Bandung," ungkap Neta. Lebih lanjut Neta menilai, peristiwa amuk suporter di Bandung dan kerumunan suporter mengepung Bundaran HI membuka mata publik betapa lemahnya intelijen dan aparatur siber Polri. "Akibat lemahnya intelijen dan polisi siber semuanya terbiarkan tanpa diantisipasi dan dideteksi dini."
"Polisi baru sibuk dan kebingungan setelah massa berkumpul dan mengamuk. Bayangkan, jika aksi pengepungan massa itu terjadi di depan Istana Kepresidenan, apa jadinya? Dalam hal ini IPW menilai Polri sudah kebobolan," ungkap Neta. Antisipasi, deteksi dini, dan kepekaan aparat dinilai Neta sangat lemah. Padahal, lanjut Neta, rencana aksi itu sudah muncul di media sosial beberapa jam sebelumnya dan Polri tidak mengantisipasinya.
"Sekarang setelah amuk suporter terjadi dan aksi kerumunan massa di Bundaran HI terjadi, Polri baru sibuk hendak memburu medsos pemrakarsanya." "Polri lagi lagi hanya menjadi pemadam kebakaran yang sangat jauh dari konsep presisi," ujarnya. Untuk itu IPW berharap, Polri tidak perlu menangkap dan memproses hukum para suporter.
"Sebab tanggung jawab semua itu ada di Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI yang tetap nekat menggulirkan Piala Menpora di tengah pandemi Covid 19." "Untuk itu IPW juga mendesak Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI segera meminta maaf kepada masyarakat dan mengganti semua kerusakan maupun kerugian yang ditimbulkan dari aksi suporter tersebut," ungkapnya. Diketahui, Piala Menpora dimenangkan oleh Persija Jakarta setelah mengalahkan Persib Bandung di dua laga final.
Namun pendukung Macan Kemayoran secara spontan tumpah ruah di sejumlah jalanan Jakarta untuk euforia juara. Selain itu sebagian pendukung Persib Bandung juga menumpahkan kekecewaan dengan merusak kantor PT Persib Bandung dan melakukan tidak pantas dengan melakukan sweeping terhadap kendaraan plat B. Sementara itu Head of Dept Suporter Development and Fan Engagement PSSI, Budiman Dalimunthe menyayangkan dua kejadian tersebut.
Padahal PSSI melalui ketua dua suporter klub tersebut yakni Diky Soemarno (The Jakmania) dan Heru Djoko (Viking Persib Club) terus berkomunikasi agar tidak melakukan kegiatan terkait pengumpulan massa. Hal ini karena masih dalam pandemi Covid 19. "Untuk pendukung Persija sebelumnya kami sudah menjalin komunikasi yang baik dengan Ketua The Jakmania (Diky Soemarno) agar tidak ada suporter yang datang ke stadion, nonton bareng dan melakukan konvoi kemenangan."
"Pengurus Jak Mania sudah memberikan arahan kepada anggotanya untuk tidak melakukan kegiatan kegiatan tersebut. Bahkan di Solo, pendukung Persija mampu menahan diri untuk tidak merayakan euforia di jalan," kata Budiman, dikutip dari rilis PSSI. Budiman menambahkan bahwa untuk pendukung Persib, hal ini karena mereka kecewa tim kesayangan mereka kalah di final. Untuk itu mereka melakukan aksi yang kurang terpuji di kantor sekretariat PT Persib. "Bobotoh sebelumnya kami sudah kami edukasi dan berikan arahan kepada mereka agar tidak datang stadion, nonton bareng, konvoi atau membikin kerumunan."
"Namun mereka secara spontan malah melakukan tindakan tindakan yang membuat kerugian. Tentu hal ini sangat kami sayangkan dan semoga kedepan tidak terjadi lagi," kata Budiman. "Terkait euforia spontan di Jakarta dan aksi di Bandung, kami juga mohon maaf." "Insyaallah kami akan lebih intens berkomunikasi dengan teman teman suporter semua klub agar tidak hanya mengawal dan menjaga kondusifitas di kota kota penyelenggara tetapi juga intens mencegah euforia dan aksi kecewa di kota asal (domisili) tim yang sedang bertanding," tukas Budiman.